Manusia modern di perkotaan tidak pernah lepas dari
mobilisasi. Di provinsi DKI Jakarta terdapat sekitar 2,4 juta orang yang harus
masuk-keluar setiap hari untuk berbagai aktivitas. Hal tersebut dibuktikan oleh
data bulan Juni 2012 yang menyebutkan penduduk Jakarta di siang hari mencapai
12 juta orang, sedangkan di malam hari hanya 9,6 juta penduduk. Mutlak,
transportasi menjadi sektor penting di dunia ini. Sayangnya, tidak semua negara
memikirkan sistem transportasi yang baik, terutama baik bagi lingkungan.
Indonesia contohnya, memaksa setiap warga komuter untuk memiliki kendaraan
pribadi karena kualitas transportasi massal yang sangat kurang. Karena itulah,
teknologi hijau dalam bidang transportasi penting untuk menyelamatkan bumi dari
serangan gas rumah kaca dan pemanasan global lewat emisi transportasi.
Saat ini, dengan teknologi transportasi yang ada di
Indonesia, setiap tahunnya dilontarkan emisi karbon sekitar 68 juta ton CO2.
Data tersebut didukung dengan fakta bahwa proporsi 23% emisi di muka bumi ini
bersumber dari sektor transportasi, kedua terbesar setelah pembangkit listrik. Data
lainnya menyebutkan bahwa 97% emisi transportasi dikeluarkan oleh kendaraan
bermotor seperti bus, truk, motor, dan mobil. Hanya sebagai pembanding,
dibutuhkan 2,4 juta hektar penuh pohon trembesi untuk mengimbangi kadar karbon yang
dikeluarkan sektor transportasi.
Sekali lagi, revolusi teknologi transportasi menjadi
mendesak saat ini. Tetapi, tentunya sebuah teknologi hijau juga harus
memperhatikan banyak aspek. Teknologi hijau bagi saya seharusnya memenuhi
aspek-aspek berikut:
- Aplikatif
- Efektif
- Umum
Aplikatif, artinya sebuah teknologi dapat dikatakan
hijau bila dapat diaplikasikan di banyak bidang. Salah satu teknologi hijau
yang memenuhi syarat aplikatif saat ini adalah Bahan Bakar Gas. Pada masa
sekarang saja, gas alam sudah menjadi primadona sumber energi. Mulai dari kompor
rumah tangga, kendaraan bermotor (terutama mobil dan bus), dan mungkin dapat lebih lagi berlanjut ke
sektor lain seperti industri. Meskipun masih disebut bahan bakar fosil, BBG
cukup mengurangi polusi udara. Selain itu, ketersediaan di alam yang masih jauh
lebih banyak disbanding minyak bumi membuat para aktivis energi menggalakkan
penggunaan BBG. Selain gas alam, penggunaan senyawa buatan seperti yang
dilakukan Daihatsu lewat PMfLFC juga dapat diaplikasikan di banyak mesin.
Daihatsu juga membuat teknologi aplikatif lainnya,
seperti turbocharger yang dipasang di mesin kecil. Bagi saya, teknologi ini
bukan hanya dapat diaplikasikan di mobil. Kapal laut, kereta api, dan generator juga
membutuhkan turbocharger agar bekerja dengan efisien dan hijau (rendah polusi) , tentunya dengan
mesin yang lebih besar. Sistem kelistrikan yang lebih baik dari Daihatsu juga
memungkinkan penghematan sumber daya alam untuk jumlah sel aki dan kumparan
alternator. Dengan itu, artinya kita hijau bukan hanya dalam karbon dan mobil,
tetapi juga untuk pelestarian SDA yang tidak dapat diperbaharui.
Efektif, artinya harus ada penghematan dan hasil yang
nyata, baik bagi hijau bumi ataupun bagi pengguna teknologi tersebut. Tentunya, untuk
sebuah teknologi, konsumen harus membayar lebih. Efektivitas teknologi tersebut
dapat dinilai salah satunya ketika konsumen dapat merasakan kembalinya nilai
investasi yang mereka tanamkan. Investasi ini sudah jelas muncul pada
teknologi mobil Daihatsu pada tahap pertama sekalipun. Dengan berusaha hijau
lewat penghematan bahan bakar, teknologi hijau Daihatsu yang sederhana membuat
investasi konsumen dengan mudahnya kembali. Selain itu, bagi saya arti efektif
adalah tidak membunuh sumber daya yang lain. Tidak efektif contohnya adalah
mobil listrik yang tidak dilengkapi teknologi efisiensi dan charging yang baik.
Artinya, mobil tersebut membutuhkan sumber daya alam lain – pembangkit listrik
yang besar. Sama saja tidak hijau menurut saya. Untungnya, Daihatsu tidak
terjebak untuk membuat mobil yang demikian. Lebih baik seperti Daihatsu,
mencoba mengoptimalkan mobil bensin dengan teknologi hijau yang tidak over the
top, sehingga mudah diserap konsumen dan tersinkronisasi dengan teknologi hijau
lain di luar mesin mobil. Salah satu langkah optimalisasi dalam hal efisiensi mesin mobil adalah Eco-IDLE, yang dengan pintar mampu mematikan dan menghidupkan mesin saat tidak dibutuhkan. Selain itu, Daihatsu juga mengurangi emisi dengan menggunakan sistem manajemen emisi yang lebih baik lewat i-EGR yang digabungkan dengan ionisasi. Dengan dua teknologi hijau ini bersama pengereman regeneratif dan metalurgi yang lebih baik, sebuah mobil hijau rancangan Daihatsu mampu mencapai 30 km/l, dua kali lebih hemat dari mobil rata-rata sekarang.
Umum, artinya teknologi dapat dikatakan hijau bila
dapat dimanfaatkan oleh kebanyakan orang di seluruh muka bumi. Bagi saya,
sebuah teknologi hijau tidak boleh memiliki alasan apapun untuk tidak
digunakan. Saya sempat melihat sebuah mobil berteknologi tinggi, tetapi tidak
akan dipasarkan di Indonesia dengan alasan kualitas udara dan kualitas bahan
bakar. Teknologi hijau semestinya dirancang sedemikian rupa untuk dapat
disesuaikan dan beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya. Menurut saya, ketiga teknologi hijau Daihatsu
masih memenuhi kriteria umum ini. Mulai dari idle system yang sederhana,
penambahan turbocharger, dan fuel cell yang kaya teknologi, semua disiapkan
untuk menghadapi menipisnya ketersediaan SDA di berbagai negara. Berarti, tidak
ada spesifikasi khusus yang dibutuhkan mobil hijau Daihatsu dalam hal sumber
daya.
Bagi saya, Daihatsu sudah berhasil menerapkan
teknologi hijau bagi mobil. Tinggal saya tunggu, kapankah semua sistem yang
dirancang sekarang dapat masuk ke mobil massal? Pada zaman saya lulus dari
Fakultas Teknik Mesin? Saya juga berharap agar setiap teknologi ini bukan hanya
ada dalam mobil Daihatsu, tetapi juga diadaptasikan untuk digunakan dalam industri
pembuatan dan perakitan, supaya lingkungan hijau yang kita idamkan dapat
semakin tercapai dan masa depan menjadi lebih baik.
Pertanyaan berikutnya, apakah dampak semuanya ini terhadap lingkungan kita? Mengapa Daihatsu, saya, EECCHI, dan seluruh organisasi lingkungan dunia berlelah-lelah merancang teknologi hijau? Jawaban klasiknya adalah karena sudah hancurnya bumi kita. Hancur dalam bidang apa? Saya mengkategorikannya dalam dua bidang utama berkaitan dengan lingkungan, yaitu temperatur dan SDA.
Pertama, bumi kita sudah hancur dalam hal pengendalian cuaca, iklim, dan temperatur. Banyak sudah berita yang menyebutkan bahwa musim dingin atau panas di suatu wilayah mencapai rekor selama sekian puluh tahun terakhir. Belum lagi meningkatnya korban-korban badai. Penyebab utamanya adalah pemanasan global, yang mengakibatkan semakin dahsyatnya perbedaan tekanan dan kecepatan angin. Dengan kecepatan yang tinggi itu, suhu di suatu tempat dapat berubah drastis dan mengakibatkan banyak masalah seperti dalam penerbangan, transportasi, dan kelistrikan. Bagaimanapun juga, kita harus mengakui bahwa kita sendirilah penyebab utamanya. Manusia banyak melepaskan gas rumah kaca dan akhirnya memanaskan bumi kita ini. Dalam jangka panjang, pemanasan global ini dapat memusnahkan seluruh kehidupan manusia, selain lewat cuaca ekstrim juga lewat peningkatan tinggi permukaan air laut. Belum lagi kekurangan air tanah yang bersih akibat intrusi air laut. Kehidupan perlahan-lahan akan hancur bila kita tidak bergerak sekarang mengembangkan teknologi hijau.
SDA menjadi topik berikutnya. Sebagai pembuka, akan saya relasikan pemanasan global terlebih dahulu. Saat ini, berapa banyak hewan yang kesulitan mencari tempat tinggal karena suhu bumi naik terlalu drastis. Mereka yang seharusnya bisa berdiam di pinggir hutan, harus mencari tempat yang lebih dingin ke tengah hutan. Hal ini tentu memicu kompetisi berlebihan di antara komunitas hutan. Hewan-hewan yang memilki kemampuan reproduksi dan adaptasi yang lambat terancam punah karena ulah manusia. Belum lagi jika kita hubungkan dengan pencemaran air akibat penggunaan bahan kimia yang tidak hijau. Banyak hewan air terpengaruh, dan salah satunya kita sendiri, karena kita juga memakan hewan-hewan tersebut.
Selain SDA hayati di atas, kita juga menderita kekurangan sumber daya non-hayati seperti minyak bumi. Mobil dan mesin-mesin lain yang belum mengaplikasikan teknologi hijau akan terus memperparah penipisan sumber daya ini. Konsumsi bahan bakar fosil yang besar tanpa diimbangi pengembangan teknologi hijau akan membahayakan masa depan anak-cucu kita. Bukan tidak mungkin mereka harus kembali kepada kehidupan seperti di zaman purba karena tidak adanya SDA maupun teknologi yang cukup. Untunglah, saat ini Daihatsu sendiri sudah mampu mengembangkan bahan bakar sel tanpa logam mulia, tetapi menggunakan senyawa buatan. Bagi saya, di dalam sistem yang saat ini hanya dapat dimanfaatkan oleh kei-car Jepang, di masa depan dapat diadaptasikan dan dipakai untuk mesin-mesin besar demi kehijauan.
Teknologi hijau yang dirancang Daihatsu pada mobil-mobilnya bagi saya sudah sangat membantu perlambatan kerusakan lingkungan dalam dua hal ini. Daihatsu berusaha mengurangi produksi gas rumah kaca sebagai faktor utama kerusakan lingkungan, sekaligus menciptakan teknologi masa depan untuk mengantisipasi menipisnya SDA. Dengan ini, teknologi hijau Daihatsu sangat membantu pelestarian lingkungan dalam banyak hal. Lingkungan yang hijau dan langit biru yang dicita-citakan Daihatsu saya yakin akan mencerahkan masa depan anak-cucu generasi saya.

Keadaan bumi kita sekarang sudah sangat mendesak kita untuk merancang dan mengaplikasikan teknologi hijau. Teknologi hijau itu sendiri harus bersifat aplikatif, efektif, dan umum agar dapat memberikan efek penghijauan yang kuat dan menyeluruh. Teknologi hijau seharusnya dapat memperlambat bahkan menghentikan kerusakan lingkungan yang ada, baik dalam hal pemanasan global maupun penipisan SDA. Daihatsu sendiri sudah cukup berhasil menerapkan teknologi hijau di salah satu penyumbang polusi terbesar, yaitu mobil dan kendaraan bermotor. Saya sungguh berharap agar setiap teknologi ini nantinya dapat diproduksi massal dan menghijaukan rumah kita bersama, Planet Bumi.
BRAVO TEKNOLOGI HIJAU, BRAVO DAIHATSU
Pertanyaan berikutnya, apakah dampak semuanya ini terhadap lingkungan kita? Mengapa Daihatsu, saya, EECCHI, dan seluruh organisasi lingkungan dunia berlelah-lelah merancang teknologi hijau? Jawaban klasiknya adalah karena sudah hancurnya bumi kita. Hancur dalam bidang apa? Saya mengkategorikannya dalam dua bidang utama berkaitan dengan lingkungan, yaitu temperatur dan SDA.
Pertama, bumi kita sudah hancur dalam hal pengendalian cuaca, iklim, dan temperatur. Banyak sudah berita yang menyebutkan bahwa musim dingin atau panas di suatu wilayah mencapai rekor selama sekian puluh tahun terakhir. Belum lagi meningkatnya korban-korban badai. Penyebab utamanya adalah pemanasan global, yang mengakibatkan semakin dahsyatnya perbedaan tekanan dan kecepatan angin. Dengan kecepatan yang tinggi itu, suhu di suatu tempat dapat berubah drastis dan mengakibatkan banyak masalah seperti dalam penerbangan, transportasi, dan kelistrikan. Bagaimanapun juga, kita harus mengakui bahwa kita sendirilah penyebab utamanya. Manusia banyak melepaskan gas rumah kaca dan akhirnya memanaskan bumi kita ini. Dalam jangka panjang, pemanasan global ini dapat memusnahkan seluruh kehidupan manusia, selain lewat cuaca ekstrim juga lewat peningkatan tinggi permukaan air laut. Belum lagi kekurangan air tanah yang bersih akibat intrusi air laut. Kehidupan perlahan-lahan akan hancur bila kita tidak bergerak sekarang mengembangkan teknologi hijau.SDA menjadi topik berikutnya. Sebagai pembuka, akan saya relasikan pemanasan global terlebih dahulu. Saat ini, berapa banyak hewan yang kesulitan mencari tempat tinggal karena suhu bumi naik terlalu drastis. Mereka yang seharusnya bisa berdiam di pinggir hutan, harus mencari tempat yang lebih dingin ke tengah hutan. Hal ini tentu memicu kompetisi berlebihan di antara komunitas hutan. Hewan-hewan yang memilki kemampuan reproduksi dan adaptasi yang lambat terancam punah karena ulah manusia. Belum lagi jika kita hubungkan dengan pencemaran air akibat penggunaan bahan kimia yang tidak hijau. Banyak hewan air terpengaruh, dan salah satunya kita sendiri, karena kita juga memakan hewan-hewan tersebut.
Selain SDA hayati di atas, kita juga menderita kekurangan sumber daya non-hayati seperti minyak bumi. Mobil dan mesin-mesin lain yang belum mengaplikasikan teknologi hijau akan terus memperparah penipisan sumber daya ini. Konsumsi bahan bakar fosil yang besar tanpa diimbangi pengembangan teknologi hijau akan membahayakan masa depan anak-cucu kita. Bukan tidak mungkin mereka harus kembali kepada kehidupan seperti di zaman purba karena tidak adanya SDA maupun teknologi yang cukup. Untunglah, saat ini Daihatsu sendiri sudah mampu mengembangkan bahan bakar sel tanpa logam mulia, tetapi menggunakan senyawa buatan. Bagi saya, di dalam sistem yang saat ini hanya dapat dimanfaatkan oleh kei-car Jepang, di masa depan dapat diadaptasikan dan dipakai untuk mesin-mesin besar demi kehijauan.
Teknologi hijau yang dirancang Daihatsu pada mobil-mobilnya bagi saya sudah sangat membantu perlambatan kerusakan lingkungan dalam dua hal ini. Daihatsu berusaha mengurangi produksi gas rumah kaca sebagai faktor utama kerusakan lingkungan, sekaligus menciptakan teknologi masa depan untuk mengantisipasi menipisnya SDA. Dengan ini, teknologi hijau Daihatsu sangat membantu pelestarian lingkungan dalam banyak hal. Lingkungan yang hijau dan langit biru yang dicita-citakan Daihatsu saya yakin akan mencerahkan masa depan anak-cucu generasi saya.

Keadaan bumi kita sekarang sudah sangat mendesak kita untuk merancang dan mengaplikasikan teknologi hijau. Teknologi hijau itu sendiri harus bersifat aplikatif, efektif, dan umum agar dapat memberikan efek penghijauan yang kuat dan menyeluruh. Teknologi hijau seharusnya dapat memperlambat bahkan menghentikan kerusakan lingkungan yang ada, baik dalam hal pemanasan global maupun penipisan SDA. Daihatsu sendiri sudah cukup berhasil menerapkan teknologi hijau di salah satu penyumbang polusi terbesar, yaitu mobil dan kendaraan bermotor. Saya sungguh berharap agar setiap teknologi ini nantinya dapat diproduksi massal dan menghijaukan rumah kita bersama, Planet Bumi.
BRAVO TEKNOLOGI HIJAU, BRAVO DAIHATSU





siphh..saya udah baca sampai selesai tu :D
BalasHapusditunggu kunjungan baliknya ya ;)
http://akachopa.blogspot.com/2013/05/teknologi-hijau-jadikan-bumi-kembali.html
Kakak-kakak juga peserta lomba blog Daihatsu?
BalasHapusblogwalking gan...nice artikel tekonologi hijau top markotop :) di tunggu kedatanganya
BalasHapushttp://blog-rastra.blogspot.com/2013/04/teknologi-hijau-daihatsu-untuk-masa.html
Nice artikel....
BalasHapusBetewe blognya ikutan io juga hehehhee
Goodluck buat lombanya...
Silahkan mampir http://farichatuljannah.blogspot.com/2013/05/teknologi-hijau-itu-seger-di-bumi-irit.html#more
terimakasih
Waah... keren banget nih postingannya... mengispirasi juga... jangan lupa ya visit, komen dan minta jempolnya di http://azisar.blogdetik.com/2013/05/03/generasi-teknologi-hijau-masa-depan/
BalasHapusgo green tech daihatsu :)
BalasHapussalam blogger
Bumi dan Kita Sama-Sama Butuh Teknologi Hijau
sudah saya visit-back :D terimakasih semuanya :)
BalasHapusSalam Kompetisi!